KEMARIN peringatan Hari Ibu. Minggu, 22 Desember. Saya membawa cucu saya, Defa dan Dafin ke rumah datuk mereka di Kompleks Bangun Reksa, Balikpapan Utara. Lalu ke istri saya, Bunda Arita. Saya ingin mereka memuliakan datuk dan nenek mereka.
Sebelum berangkat ternyata mereka baru selesai mencuci piring. Kebetulan sang ART di rumah mereka pulang kampung natalan. Untuk meringankan tugas bundanya, habis sarapan mereka mencuci piring masing-masing. Sekalian merayakan Hari Ibu.
Hari Ibu di Indonesia memang diperingati setiap tanggal 22 Desember. Itu diputuskan sejak zaman presiden pertama kita, Ir Soekarno. Sebagai penghormatan yang merujuk pada Kongres Perempuan Indonesia pertama pada tanggal 22-25 Desember 1928. Berarti, 86 tahun silam.
Kongres yang dihadiri sekitar 1.000 kaum perempuan itu bertujuan untuk mewujudkan kesetaraan, hak pendidikan, dan hak politik bagi perempuan.
Karena itu peringatan Hari Ibu di Indonesia bermakna ganda. Selain diarahkan untuk menghargai jasa serta pengorbanan seorang ibu dalam keluarga. Juga sebagai pengingat akan pentingnya kedudukan ibu dalam pembangunan bangsa.
Pemerintah menetapkan tema Hari Ibu 2024 adalah “Perempuan Menyapa, Perempuan Berdaya Menuju Indonesia Emas 2025.”
Dalam Islam kedudukan seorang ibu sangat mulia. Ketika Rasulullah ditanya seorang sahabat: “Siapa yang engkau wasiatkan kepadaku wahai Rasulullah?” Maka Rasulullah menjawab: “Ibumu, kemudian ibumu, kemudian ibumu.” Bayangkan sampai 3 kali Nabi menyebutnya. Sesuatu yang sangat mulia.
Dalam hadis lain yang diriwayatkan An-Nasa’I, Ibnu Majah dan Ahmad, Rasullulah meminta seorang sahabat agar berbakti dulu kepada ibunya sebelum ikut berperang. “Berbaktilah kepada Ibumu (lebih dahulu) karena sungguh ada surga di bawah kedua kakinya.”
Tokoh wanita Kaltim Dr Meiliana menandai Hari Ibu kemarin, dengan membagi-bagikan bingkisan kepada sejumlah ibu di Pasar Ijabah, Air Putih dan pengamen di Citra Niaga Samarinda. “Si Ibu terharu menangis menerima bingkisan dari saya,” kata Bu Mei, yang pernah menduduki jabatan penting di Pemprov Kaltim dan Pemkot Samarinda sebagai Plt Sekdaprov dan Wali Kota.
Dalam paket yang dibagi-bagikan Bu Mei, isinya ada kain batik, tas motif tumpar, dan roti serta beberapa camilan lainnya.
Di Pasar Ijabah, Bu Mei sempat bertemu Ibu Yusliando, istri ketua Bappeda Kaltim yang juga sedang berbelanja ke pasar didampingi suaminya. “Dia kaget saya ucapin selama Hari Ibu,” katanya. Sepertinya dalam rangka Hari Ibu, Yusliando sengaja menyisihkan waktunya menemani sang istri ke pasar.
Bu Mei mengaku teringat perjuangan almarhumah ibu kandungnya, Hj Lasiah. “Ibuku satu angkatan dengan Ibu Jumantan Hasyim, tokoh wanita yang juga istri Wali Kota Anang Hasyim. Dia pernah menjadi ketua Aisiyah Kaltim. Aku bertekad meneruskan perjuangan Ibu,” katanya bersemangat.
Di saat Hari Ibu, saya mendapat undangan resepsi pernikahan Sakti Bagaskara, S.Farm dengan apt Rifkiyah Qurratun Ainiyah, S.Farm. Mempelai putri adalah putri ketiga Drs H Hakimin Patang, MM, mantan Kepala Kantor Agama (Kamenag) Balikpapan. “Alhamdulillah, piyan bisa datang,” katanya menyalami saya.
PEMBUNUHAN IBU KANDUNG
Ada sisi lain yang harus kita renungkan pada peringatan Hari Ibu Nasional 2024. Kasus makin maraknya pembunuhan terhadap ibu kandung. Saya tak habis pikir dalam kedudukan ibu yang begitu mulia, ada beberapa kasus sadis terjadi belakangan ini. Yaitu kasus pembunuhan ibu kandung, yang dilakukan oleh anaknya sendiri.
Kasus pembunuhan ibu kandung terjadi di berbagai daerah. Ada di Jakarta, Aceh, Makassar, Medan, Jember, Sukabumi, Kupang, dan di daerah kita sendiri di Balikpapan.
Kasus di Balikpapan terjadi Jumat, 23 Agustus lalu. Lokasinya di permukiman Gang Sepakat Tiga RT 47, Baru Tengah, Balikpapan Barat.
AR (31) dengan tega membunuh ibu kandungnya, Rukiyah (57), saat sang ibu pulang salat Isya dari masjid. Tidak jelas apa motifnya, tetapi mereka sempat bertengkar sebelum terjadi peristiwa yang mengerikan itu.
Ketika Rukiyah keluar dari kamar mandi, sang anak langsung menyerangnya dengan sebilah badik ke arah lehernya. Darah mengucur deras dan nyawa sang ibu tidak bisa terselamatkan.
AR kabur dan sempat mengancam warga yang mengetahui kejadian itu. Tapi beberapa jam kemudian dia berhasil ditangkap tim kepolisian ketika beristirahat di sebuah masjid di Km 11, Jalan Soekarno-Hatta.
Menurut cerita warga, AR sebenarnya dikenal sebagai anak sopan, tapi dia baru keluar penjara karena penyalahgunaan narkoba. Ayahnya meninggal dunia di saat dia menjalani hukuman di penjara.
Di Kudus, Jateng ada kejadian seorang anak membunuh ibunya karena tidak puas dengan masakan ibunya. Masyaallah, hanya soal sepele dia sampai tega menghabisi nyawa ibu kandungnya.
Kasus paling heboh terjadi di Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Sabtu, 30 November lalu. Seorang anak yang masih berusia 14 tahun membunuh ayah, ibu dan neneknya tengah malam. Ayah dan nenek meninggal dunia, sedang ibu kandungnya masih bisa terselamatkan.
Para psikiater bingung, soalnya si remaja sebelum tidur sempat makan bersama dan bercanda dengan keluarganya. Tidak ada hal yang aneh. Di depan polisi dia mengaku menghabisi orangtuanya karena mendapat bisikan. “Terlalu banyak beban orangtua, ya udah biar saya yang mengambil alih. Biar papa mama masuk surga,” katanya begitu.
Kisah anak zalim dan durhaka dengan orang tuanya terjadi sejak dulu. Masih ingat cerita si Maling Kundang. Cerita seorang anak yang durhaka kepada ibunya dan dikutuk menjadi batu. Batu yang menyerupai seorang laki-laki sedang bersujud itu, menjadi objek wisata yang menarik di Pantai Air Manis, Sumatera Barat.
Legenda yang sama terjadi di Kalbar. Jelita yang cantik durhaka dengan ibunya, Mak Dasah. Akhirnya dia dikutuk menjadi batu. Batu itu terus mengeluarkan air mata. Lalu dikenal masyarakat sebagai Legenda Batu Menangis. Peristiwa yang sama ada juga di Sulsel. Namanya Batu Memmana’e di Tanah Bone.
Dalam Islam, anak yang durhaka dengan ibu kandungnya akan menerima berbagai azab. Malah azabnya dipercepat di dunia. Tidak dapat mencium wanginya surga. Tidak diterima salatnya oleh Allah. Segala amal ibadahnya terhapus. Dibenci Allah dan dosanya tidak terampuni.
Rasulullah bersabda: “Tidak ada dosa yang pantas untuk disegerakan siksaannya bagi pelakunya di dunia dan disimpan di akhirat selain kezaliman dan memutuskan tali silaturahmi.”
Kasus anak membunuh ibu kandungnya salah satu hal yang perlu menjadi perhatian serius saat kita memperingati Hari Ibu. Di saat yang sama, ada juga kasus ibu kandung membunuh anaknya seperti terjadi di Bekasi Utara. Ini pekerjaan kita bersama, karena Ibu sangat mulia. Seharusnya tidak ada sisi gelap terjadi buat dia.
Selamat Hari Ibu. Semoga doa kita diijabah agar Ibu selalu dimuliakan Allah, Tuhan Yang Mahakuasa. Aamiin.(*)