Selama beberapa dekade, dunia bridge terutama untuk negara-negara yang masuk elite dunia bridge, umumnya akan diwakili oleh nama-nama itu saja.
Ini terjadi karena usia emas pemain bridge itu tidak terbatas. Namun sejak ada kategori senior, beberapa pemain yang sudah masuk kategori senior memilih bermain di kategori senior.
Padahal pada awalnya masih banyak pemain top bridge enggan bermain di kategori senior terutama sejak awal dipertandingkan mulai tahun 2001.
Seleksi pembentukan tim nasional Amerika Serikat memberikan kesempatan untuk semua pemain senior untuk bisa ikut seleksi di kategori open, Woman dan Mixed dan jika gagal masih diberi peluang untuk ikut seleksi kategori senior.
Sampai tahun 2019 pada 44th World Team Championships di Wuhan, China. nama-nama seperti Lauria yang mewakili Italia mulai 1983 , Versace, Duboin dan Bocchi dari Italia terus mewakili Italia. Hal yang sama juga di tim Amerika Serikat, masih ada nama Meckstroth, Rodwell yang main sejak era 1981, di tim Belanda ada Bauke Muller juara Bermuda Bowl 1993.
Sekarang di Maroko pada bulan Agustus nanti, nama-nama besar yang selama ini mewakili negaranya telah mulai tergantikan oleh para juniornya.
Di tim Italia, tinggal ada Versace dan Sementa, 4 pemain lainnya adalah bekas pemain junior yang sudah naik kelas.
Hal yang sama terjadi juga di tim Belanda, tinggal ada Bauke Muller. Di tim Norwegia masih lumayan ada Helgemo, Terje AA dan Boye Brogeland.
Tim Amerika Serikat 1 kecuali sponsor, 5 pemain lainnya mantan timnas junior. Di tim Amerika Serikat 2 yang masih ada Zia Mahmood, Meckstroth dan Chip Martel.
Di Tim Brasil semuanya mantan pemain junior, tidak ada lagi nama Chagas, Branco.
Tim dari Zone China juga sudah meremajakan pemainnya. Juara dunia Fu Zhong dan Jack Zhao yang juga World Grand Master sudah tidak masuk dalam tim. Hongkong dan Singapura kedua negara ini bertumpu pada para pemain muda.
Berkaca dari fenomena ini, Indonesia harus sesegara mungkin meremajakan para pemain nasionalnya. Namun tidak harus mengorbankan para seniornya. Jalan keluarnya, para pemain senior ini diminta untuk memilih pasangan dari pemain junior yang tersedia.
Dengan demikian nanti ada sharing ilmu kepada para pemain mudanya. Contoh nyata dilakukan Patrick Huang pemain legendaris asal Taiwan yang memimpin para pemain muda Taiwan meraih medali perunggu di Hongkong.
Dalam hal peremajaan pemain, kita sudah ketinggalan dari China, Hongkong dan Taiwan termasuk Singapura.
Padahal dalam hal jumlah pemain junior, kita memiliki cukup banyak pemain terutama akibat suksesnya program Bridge Masuk Sekolah.
Sayangnya kita baru tahap sukses kuantitas belum mengarah kepada sukses kualitas.
Di beberapa WAG Bridge, akhir-akhir ini banyak menyoroti ketidakberhasilan kontingen Indonesia di Hongkong. Semoga PB Gabsi segera mencari jalan keluar agar prestasi Indonesia yang selama ini disegani di Asia Pasifik bisa kita rebut kembali.
Memang pastilah masalah dana akan menjadi kunci untuk melakukan pembinaan. Tapi selain itu masih banyak cara lain yang bisa ditempuh seperti yang sudah direncanakan dengan memberdayakan klub bridge sekaligus mengadakan kompetisi Liga Bridge Indonesia.
Saran tukang bridge PB Gabsi konsentrasi membina U16 dan U21 yang nantinya akan menjadi cikal bakal tim nasional masa depan.
Syukur-syukur kalau mampu sekaligus membina kelompok umur U26 dan U31.
Untuk Open, Ladies, Mixed dan Senior adakan seleksi, Tapi sebaiknya seleksi diadakan jauh-jauh hari sebelum event berlangsung sehingga para pemain terpilih mempunyai waktu berlatih yang panjang.
Jika Liga Bridge Indonesia sudah berjalan dengan baik maka para pemain yang ikut seleksi bisa berasal dari pemain-pemain dari Liga. Pemain dari luar Liga bisa ikut seleksi tapi harus mempunyai prestasi misalnya juara Kejurnas atau event-event nasional yang telah ditentukan. Aturan tentang ini tentu saja perlu dibuat.
Misalnya dana belum terkumpul maka cara seleksi seperti yang dilakukan ke Hongkong bisa saja ditempuh dimana pemenang seleksi akan menanggung sebagian besar biaya dan PB Gabsi memberikan subsidi sesuai kesepakatan.
Selama aturan seleksi transparan dan diberikan waktu untuk bersiap cukup longgar, tukang bridge yakin ini akan memberikan hasil lebih baik.
Untuk tahun 2024 ada 3 event internasional yang bisa diikuti, yaitu
- Asia Pacific Bridge Congress di Bangkok pada bulan Mei 2024. Ini tidak terlalu memberatkan PB Gabsi karena ini bersifat terbuka sehingga bisa diserahkan kepada Pengprov, Pengkot/Pengkab, Klub Bridge, Komunitas Bridge, Perguruan Tinggi atau Sekolah yang ingin mengirimkan tim. PB Gabsi hanya mengkoordinir dan mungkin memberikan subsidi kepada tim-tim yang ikut.
- The World Bridge Games dimana ada 4 kategori yang dipertandingkan, yaitu The Vanderbilt Open Team, The Torlontano Women’s Team, Senior dan Mixed Team.
- The World Open Youth Championship.
Semoga persiapan menghadapi event diatas sudah bisa dipersiapkan sejak dini. Akan lebih baik lagi kalau bisa dipersiapkan mulai tahun ini misalnya sesudah Kejurans Bridge 2023 di Palembang.(*)