Terjadi perubahan pada Kalender Kejuaraan Dunia Bridge oleh World Bridge Federation membuat tahun ganjil menjadi tahun terpadat Kejuaraan Dunia Bridge.
Awalnya tahun ganjil atau tahun depan hanya ada World Bridge Team Championships yang mempertandingkan Bermuda Bowl untuk Open Team, Venice Cup untuk Woman Team, d’Orsi Trophy untuk Senior Team dan Wuhan Cup untuk mixed team. Penyelenggaraan sudah ditetapkan 19-30 Agustus 2025 di Herling Denmark.
Tapi setelah adanya pandemic-covid 19, The World Youth Team Championships yang awalnya ditahun genap dipindah ke tahun ganjil.
Pada event ini dipertandingkan kategori U31, U26 open, U26 Girls dan Sepertinya akan ditambah U26 Mixed kemudian ada U21 dan U16.
Nah kedua event besar diatas tidak terbuka diikuti oleh semua Negara. Tetapi seperti World Cup dalam sepakbola hanya diikuti oleh para juara-juara zone yang kuotanya telah ditetapkan oleh World Bridge Federation.
Buat zone-zone besar seperti Eropa dan Amerika Serikat mereka telah merancang jauh-jauh hari untuk mengurangi kepadatan turnamen diatas.
Zone Eropa dan Amerika Serikat telah mengadakan seleksi zone untuk menentukan yang akan mewakili sudah dilakukan tahun ini atau setahun sebelumnya.
Berbeda dengan zone lain termasuk zone VI dimana Indonesia ikut serta.
Seleksi Zone VI baru akan diadakan pada bulan Mei-Juni tahun 2025 atau hanya sekitar 2-3 bulan sebelum Kejuaraan Dunia.
Ini berakibat Indonesia harus menyiapkan 10 tim jika ingin mengikuti semua kategori.
Sebab dari sisi ketersediaan pemain untuk 10 kategori diatas, Indonesia siap karena program Bridge Masuk Sekolah sejak tahun 2004.
Persoalannya apakah kita sudah siap? Terutama juga menyangkut pembentukan tim nasional dan tentu saja yang paling utama adalah sisi biayanya?
Saat menulis artikel ini sudah tanggal 4 Nopember 2024 dan tidak terlihat tanda-tanda ada kegiatan dari PB Gabsi menghadapi event besar tahun 2025 diatas.
Betul juga kata sebagian orang, saat ini PB Gabsi sudah mati suri. Ketum PB Gabsi Syarif Bastaman sudah menyatakan mundur tapi tidak dibuat secara tertulis sehingga cukup menyulitkan posisinya.
Menurut tukang bridge untuk mengatasinya perlu didesak agar Ketum mengundurkan diri sekaligus mengadakan Kongres Luarbiasa untuk menunjuk formatur yang ditugaskan mencari Ketum baru dan membentuk susunan kepengurusan baru bersama tim formatur.
Sebab tidak mudah mencari Ketua Umum baru pada situasi seperti ini karena perlu dibentuk tim penjaringan dan lain-lain yang belum di atur dalam AD/ART Gabsi.
Jika ini bisa dilakukan di bulan Nopember kemudian formatur diberi waktu sebulan untuk mencari Ketua Umum dan sekaligus menyusun susunan kepengurusan PB Gabsi maka sekitar bulan Januari 2025 sudah bisa dilantik.
Mudah-mudahan dalam waktu singkat bisa mempersiapkan 10 tim untuk menghadapi dua even penyisihan zone VI.
Pertama Asia Pacific Bridge Youth Championships yang rencananya akan diadakan di Bangkok Thailand dan Asia Pacific Bridge Open Championship yang akan diadakan di Quangzhou, China.
Mengingat kondisi yang kurang ideal maka untuk 10 nomor ditawarkan kepada para penggemar bridge apakah ada yang bersedia bayar sendiri? Bisa berbentuk pasangan atau tim. Jika peminatnya melebihi kuota perlu diadakan seleksi.
PB Gabsi hanya menanggung uang pendaftaran dan memberikan bonus jika berprestasi atau lolos ke Kejuaraan Dunia Bridge.
Selain itu bisa saja Kalau berprestasi dan lolos ke Kejuaraan Dunia Bridge biaya sepenuhnya akan ditanggung PB Gabsi.
Selain 4 event diatas masih ada Kejurnas Bridge Antar Propinsi/Kabupaten Kota yang perlu ditata ulang formatnya digabung dengan Indonesia Open yang memungkinkan peserta dari luar negeri ikut serta.
Selanjutnya ada Kejuaraan Nasional Antar Mahasiswa/Pelajar dan Kelompok Umur.
Semoga problem yang sedang melanda PB Gabsi saat ini bisa ditemukan jalan keluar.
Masih ada hal penting lain untuk memperjuangkan bridge dipertandingkan di PON, Sea Games dan Asian Games.*