Kecerdasan dapat memiliki hubungan yang signifikan dengan permainan bridge. Karena bridge adalah permainan kartu yang membutuhkan pemahaman yang mendalam tentang strategi, taktik, matematika, dan psikologi.
Beberapa aspek kecerdasan yang dapat berkontribusi pada keberhasilan dalam permainan bridge meliputi:
- Kecerdasan Logika: Bridge melibatkan pemikiran logis dan analisis yang mendalam. Pemain perlu menganalisis kartu yang telah dimainkan, menebak kartu yang dimiliki oleh lawan, dan merencanakan langkah-langkah yang optimal berdasarkan informasi yang tersedia.
- Kecerdasan Matematika: Perhitungan matematis seringkali diperlukan dalam bridge, terutama dalam menghitung poin kekuatan tangan (seperti poin kekuatan High Card Points atau HCP) dan menentukan probabilitas keberhasilan berbagai tindakan.
- Kecerdasan Sosial: Bridge adalah permainan tim di mana komunikasi dan kolaborasi antara pasangan sangat penting. Pemain yang cerdas secara sosial dapat lebih baik berkomunikasi dengan pasangannya, mengidentifikasi isyarat tidak langsung dari lawan, dan mengambil keputusan yang lebih baik sebagai tim.
- Kecerdasan Emosional: Kecerdasan emosional dapat membantu pemain bridge dalam mengelola tekanan, frustrasi, dan stres yang terkait dengan permainan. Ini juga membantu mereka tetap fokus dan tenang dalam situasi yang menantang.
- Kecerdasan Intuisi: Beberapa pemain bridge yang sangat sukses mengandalkan intuisi mereka dalam mengambil keputusan yang kompleks. Ini melibatkan kemampuan untuk membaca situasi dan lawan dengan lebih baik daripada hanya mengandalkan informasi yang tersedia.
Namun, penting untuk diingat bahwa kecerdasan bukan satu-satunya faktor yang berperan dalam keberhasilan dalam permainan bridge. Pengalaman, pengetahuan tentang aturan, dan praktek juga memiliki peran penting.
Salah satu contoh kecerdasan dipertontonkan oleh pemain-pemain kawakan yang bertanding di babak final Kejuaraan Dunia Bermuda Bowl yang berlangsung di Maroko baru-baru ini.
Norwegia vs Swiss
32/B/TB Utara
S K
H KJ10862
D AJ102
C AQ
Barat Timur
S Q96543 S 10872
H A954 H 7
D 953 D Q874
C Void C J1085
Selatan
S AJ
H Q3
D K6
C K976432
Open Room
Barat Utara Timur Selatan
Klukowski M Bakke C Kalita J Brogeland B
Pass 1H Pass 2C
Pass 2D Pass 2NT
Pass 3H Pass 4C
Dbl 4NT Pass 5D
Pass 6NT //
Closed Room
Barat Utara Timur Selatan
Helgemo G Nowosadzki M Grude TE Zimmerman P
Pass 1H Pass 2C
Pass 2D Pass 2NT
Pass 3D Pass 4H
Pass 4S Pass 4NT
Pass 5C Pass 6H
Dbl 6NT //
Kedua pasangan mencapai kontrak yang sama melalui jalan yang berbeda.
Di Open room utara yang jadi kapten setelah selatan cue-bid 4C menandakan fit heart dan slam interest.
Utara secara cerdas memanfaatkan informasi yang didapat setelah Barat double 4C sebagai lead directing dan beralih ke 6NT ketimbang 6H sebagai kontrak normal.
Pemain Swiss yang berasal dari Polandia memainkan gaya yang dianut oleh kebanyakan pemain dari sana. Pelatih asal Polandia Kryztov Martens juga mengajarkan gaya yang sama. 3D disini berarti pegang 6 kartu H. Cukup banyak pemain nasional di Indonesia yang bermain seperti ini.
Akibatnya utara yang jadi kapten karena 2C sudah forcing ke game. Utara kemudian juga sama cerdasnya memanfaatkan informasi Lightner double dari barat terhadap bid 6H dan beralih ke 6NT.
Itulah kenapa judul tulisan ini “Berbuat Terbaik Melawan Lawan Yang Cerdas Belum Tentu Cukup”. Kedua pemain barat sudah berusaha berbuat yang terbaik tapi hasilnya kalah karena pemain utara juga sangat cerdas memanfaatkan informasi yang diberikan.(*)
*) Penulis adalah pemain senior bridge Indonesia