Pemilihan Gubernur Kalimantan Timur (Kaltim) akan diadakan kembali, dan beberapa nama telah muncul sebagai Bakal Calon (Balon), termasuk Isran Noor, mantan Gubernur Kaltim, Rudi Mas’ud, anggota DPR RI dan Ketua DPD Partai Golkar Kaltim, Walikota Samarinda Andi Harun, dan Plt Gubernur Kaltim Akmal Malik.
Melihat hal tersebut, Mantan Ketua KPU Kaltim Rudiansyah pun angkat suara. Ia melihat belum ada perubahan yang menarik tentang kontestan di Pilgub Kaltim tahun 2024 ini, sebab semua Balon merupakan seorang pria.
“Menurut saya, sudah kesekian kali ketika Pilgub Kaltim. Para elit belum ada yang mampu menyediakan calon atau kandidat dari kaum hawa,” kata Rudiansyah, Minggu (7/4/2024).
Padahal, apabila ada calon dari kaum hawa atau perempuan. Itu bisa menjadi faktor utama pemenangan. Contohnya Hetifah, yang kini menjadi kembali terpilih sebagai Anggota DPR RI perwakilan Kaltim periode 2024-2029. Bahkan dengan perolehan suara yang sangat besar yakni 146.023 suara.
“Ibu Hetifah ini memiliki pemilih yang loyal dan cerdas. Menurut saya ini sudah setengah kemenangan. Karena suara yang memilih Ibu Hetifah itu adalah suara loyalis yang cerdas, dan bukan pemilih transaksional,” jelas Rudiansyah.
Ia melihat jumlah kandidat di Pilgub itu akan terbatas. Sehingga justru menambah pasar pemilih seorang Hetifah dari unsur pemilih perempuan.
Dia menilai pada Pilkada November 2024 mendatang ini sangat transaksional. Tapi dibalik itu, ada anomali. Seorang Hetifah pasti bisa mengkristalkan suara pendukungnya yang loyalis. Menjadi kekuatan pemilih cerdas tersendiri.
“Pemilih cerdas itu dapat diartikan seorang Hetifah telah mampu mendapatkan suara dengan melawan arus transaksional. Karena Hetifah Lebih membangunan komitmen kerja. Sehingga setelah menjadi wakil Kaltim di pusat. Hetifah telah banyak memberikan sesuatu yang positif dan melahirkan kepercayaan,” tutur pria yang akrab disapa Rudi ini.
Sekedar diketahui, transaksional secara harfiah berarti “sebuah transaksi atau terjadi pertukaran” . Atau bisa dikatakan suara pemilih akan diganti dengan sebuah hadiah.
Bicara pilkada, apabila kontestan hanya mengandalkan kekuatan logistik itu cukup rawan atau lemah. Dikarenakan kontestan Pilgub itu nanti sangat terbatas.
“Beda dengan pileg yang kontestannya ratusan dalam satu tingkatan. Karena terbatas, maka sesama kandidat akan sangat awas kepada kontestan lainnya. Sehingga kekuatan logistik belum tentu menemui ruang yang terbuka bahkan bisa jadi bumerang,” ujar Rudi.
Tapi bagi figur yang sudah pernah berbuat untuk Kaltim tentu memiliki tingkat kepercayaan yang lebih besar dan berujung pada tingkat keterpilihan.
Justru itulah, figur seperti Hetifah inilah yang sangat kuat. Bahkan siapapun yang berpasangan dengan Hetifah setengah pekerjaannya sudah di dapat.
“Siapapun yang mampu bergandengan dengan Hetifah atau figus seperti Hetifah memiliki kekuatan kapital sosial, bukan kapital modal. Yang sudah dianggap berbuat untuk Kaltim tentu sangat besar peluangnya,” tegasnya, lagi.
Dan bicara khusus Hetifah. Selain memiliki pemilih cerdas. Dia juga telah menjadi bagian dari keterwakilan perempuan dalam politik di Kaltim.
“Jadi, apabila mau melihat pandangan akar rumput pemilih. Sudah saatnya para elit parpol mengajukan calon se-kualitas Hetifah dan atau figur-figur lain seperti Hetifah,” pungkasnya. (*)