SAMARINDA – Pengurus Daerah Ikatan Apoteker Indonesia (PD IAI) Kalimantan Timur menggelar kegiatan Seminar Kefarmasian dalam rangka Rapat Kerja Daerah (Rakerda) yang digelar di Swissbell Hotel Samarinda, Minggu (3/3/2024).
Mengangkat tema “Upgrade skill dan kompetensi melalui sinergitas organ IAI” acara ini dihadiri Wakil Ketua Umum II PP IAI apt. Drs. M. Nasruddin, perwakilan Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur, perwakilan BBPOM di Samarinda, perwakilan BPBD Samarinda, perwakilan LPPOM MUI Kalimantan Timur, Dekan/ Ketua Perguruan Tinggi Farmasi Kalimantan Timur (Universitas Mulawarman, STIKES Samarinda, Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur, Stikes Dirgahayu, dan Universitas Nahdhotul Ulama Kalimantan Timur). Ketua/ perwakilan Organisasi Profesi Kesehatan Kalimantan Timur (IDI, PDGI, PPNI, IBI dan PAFI).
Ketua panitia apt. Nuficho Nor Rachman, S.Farm. menyampaikan acara ini diselenggarakan oleh Himpunan Seminat, Perhimpunan, dan Pengurus Daerah IAI Kalimantan Timur dengan tujuan untuk melaksanakan salah satu amanat AD/ART organisasi tercinta kita, yaitu IAI. Seminar ini diharapkan dapat menjadi wadah untuk meningkatkan pengetahuan, meng-upgrade keilmuan dan kompetensi seorang apoteker yang hadir dalam melayani seluruh lapisan masyarakat.
Disebutkan, peserta merupakan sejawat apoteker yang berpraktik di berbagai sektor kefarmasian bahkan juga hadir mahasiswa apoteker yang sedang menempuh studi.
“Jumlah peserta yang mengikuti acara pada hari ini cukup banyak yakni berjumlah sekitar 600 orang, baik yang mengikuti secara daring maupun luring,” ujarnya Nuficho.
Sementara itu, Ketua PD IAI Kalimantan Timur Dr. apt. Arsyik Ibrahim, M.Si. dalam sambutannya mengajak seluruh apoteker Kaltim agar rajin mengupgrade ilmu pengetahuan kefarmasian yang merupakan salah satu jiwa yang harus dimiliki oleh seorang apoteker yakni “Long life learner” atau pembelajar seumur hidup.
Tak hanya itu, orang nomor satu di PD IAI Kalimantan Timur ini juga menekankan agar apoteker dapat beradaptasi dengan peraturan terbaru semenjak terbitnya Undang-Undang No 17 Tahun 2023 Tentang Kesehatan khususnya yang terkait dengan pekerjaan kefarmasian.
‘’Saya mengajak semua apoteker Kalimantan Timur untuk bersatu dalam menghadapi berbagai tantangan, berkontribusi aktif dalam organisasi IAI,juga bagi masyarakat khususnya di bidang kesehatan sehingga peran apoteker semakin dirasakan kehadiran dan perannya,” kata Arsyik Ibrahim yang juga Dosen Farmasi Universitas Mulawarman tersebut.
Ia juga mendorong apoteker agar berani menjadi seorang pharmapreneur, yakni terjun menjadi wirausaha di bidang kefarmasian untuk menciptakan kemandirian serta membantu mensejahterakan masyarakat.
Sementara itu, Wakil Ketua Umum II PP IAI apt. Drs. M. Nasruddin, mengingatkan pentingnya organisasi untuk fokus pada pembinaan anggota supaya menjaga dan meningkatkan kompetensi termasuk advokasi anggota. Apoteker yang akrab dipanggil Oding ini menyoroti perubahan UU no. 17 tahun 2023 tentang kesehatan yang mengambil alih kembali kewenangan yang sebelumnya diserahkan oleh pemerintah kepada Organisasi Profesi, salah satunya IAI.
Saat ini, kesadaran masyarakat akan pencegahan penyakit menjadi lebih penting dibandingkan dengan pengobatan. Pergeseran paradigma pelayanan kefarmasian menjadi tantangan baru bagi apoteker untuk dapat memberikan pelayanan yang baik kepada pasien.
“Kemajuan teknologi akan mempercepat penelitian di bidang kesehatan. Semua kemajuan dan inovasi ini akan melengkapi interaksi manusia dan juga meningkatkan kebutuhan akan perubahan dalam hal ilmu pengetahuan maupun kesehatan termasuk praktik kefarmasian,” ujar apoteker RSUD AW Sjahranie tersebut.
Seminar Kefarmasian ini menghadirkan 2 narasumber yang masing-masing pakar di bidangnya, yaitu dr. R.R Ignatia Sinta Murti, Sp.Pd-KGEH yang merupakan satu satunya dokter internist atau dokter spesialis penyakit dalam Gastroenterologi-Hepatologi di Kalimantan Timur.
Narasumber kedua, apt. Audrey Clarissa, S.Si. yang merupakan owner sekaligus Managing Director PT. Imedco Djaja. Apoteker yang sering disapa Audrey ini merupakan figur dan inspirator bagi apoteker karena di usia yang masih muda, namun telah berhasil menjadi pharmapreneur sukses bahkan sudah wara-wiri hingga kancah internasional.
Sesi pertama membahas topik “Terapi Penyakit Gastritis dan Problematikanya” yang dibawakan oleh dr. R.R Ignatia Sinta Murti, Sp.Pd-KGEH dan dipandu oleh apt. Heri Wijaya, M.Si., Ph.D. sebagai moderator.
Dalam presentasinya, dokter yang mendalami penyakit terkait sistem pencernaan ini menerangkan bahwa gastritis merupakan peradangan pada mukosa lambung dan memiliki gejala bervariasi yang bisa berupa gejala akut hingga kronis. Di Indonesia, angka kejadian gastritis cukup tinggi yakni sekitar 40,8 % dan di Kalimantan Timur sendiri mencapai angka 14 % yang penyebabnya multifaktor namun mayoritas disebabkan oleh infeksi bakteri H. Pylori.
“Penyebab lain adalah karena konsumsi obat-obatan golongan NSAID inhibitor non-selektif, konsumsi alkohol berlebihan, merokok dan pola diet yang tidak baik” ujar dr. Sinta.
Di akhir sesi, dokter internist yang terkenal sederhana dan ramah ini mengajak seluruh apoteker untuk aware dengan gelaja atau symptom gastritis sehingga dapat memilihkan obat yang tepat saat pasien datang ke apotek.
Pada sesi kedua, membahas topik “Peluang Kewirausahaan dalam Bisnis Kefarmasian:Strategi Untuk Kesuksesan Bisnis”. Topik ini dibawakan oleh apt. Audrey Clarissa, S.Si. dan dipandu oleh apt. Trianti T. Lamba;, S.Farm. sebagai moderator.
Mengawali presentasinya, Founder Indonesian Young Pharmacists Group (IYPG) ini mengatakan bahwa pertumbuhan pasar farmasi global dari tahun ke tahun terus mengalami kenaikan, hal ini mengindikasikan bahwa potensi pasar farmasi masih terbuka lebar.
“Apoteker yang memiliki keilmuan di bidang farmasi memiliki peluang yang sangat besar untuk berkarir menjadi “Pharmapreneur” atau usaha yang terkait dengan kefarmasian seperti membuka apotek, klinik, distributor obat bahkan menciptakan komoditas tersendiri,” tutur Audrey yang pernah menjabat sebagai Presiden Asean Young Pharmacists Group (AYPG).
Disebutkan, hal-hal yang dibutuhkan untuk menjadi pharmapreneur yakni pengetahuan tentang kefarmasian, visi dan passion, rencana kerja dan tentunya beberapa soft skill di antaranya yaitu kemampuan berkomunikasi, kemampuan memimpin, kemampuan mengambil keputusan dan memecahkan masalah, kemampuan berbicara di depan umum, tim kerja dan kemampuan mengelola stress.
Tak hanya berbagi teori dan tips, namun apoteker yang telah sukses menjadi pharmapreneur ini juga berbagi pengalaman tentang perjuangannya merintis sebuah bisnis farmasi yang kini telah sukses meramaikan pasar farmasi dengan menghasilkan produk-produk berkualitas dan berbeda dari lainnya.
Dalam berbisnis, perlu mempunyai sebuah strategi salah satunya “Blue Ocean Strategy” sebuah strategi bisnis yang mencari konsumen dengan segmen tertentu untuk menghindari persaingan competitor atau sederhananya menciptakan ruang pasar tanpa pesaing. Tak hanya strategi, namun hal lain yang dibutuhkan untuk menjadi pebisnis sukses adalah pengetahuan tentang regulasi dan mental yang kuat yakni punya passion dan tidak mudah menyerah.
“Kesuksesan bukanlah keajaiban dalam satu malam, tapi proses yang terjadi melalui perjuangan dan bertahap,” ucapnya.
Animo peserta dalam mengikuti kegiatan ini sangat tinggi ditandai dengan aktifnya peserta untuk bertanya kepada narasumber. “Materinya sangat edukatif, narasumbernya kompeten dan acaranya keren,” ujar salah satu peserta di akhir kegiatan.
Acara hari ini dapat terlaksana tak lepas dari dukungan para sponsor. Tercatat ada 39 pihak sponsor yang mendukung kegiatan ini, untuk itu mewakili panitia kami mengucapkan terima kasih yang tak terhingga untuk seluruh pihak yang berkenan membantu. Apresiasi yang setinggi-tingginya kami sampaikan kepada PT Novell Generik, PT Kem-Kem Prima Husada, PT Sejahtera Mulia Farma, PT Sanbe Farma, PT Metta Karya Hutama, Apotek Kimia Farma, PT Mahakam Sejahtera Alkesindo, PT Imedco, Bank Syariah Indonesia, Shobadpreneur.ID dan sponsor pendukung lainnya. (Eka Siswanto Syamsul, Ovhan Trianti/PD IAI Kaltim).