Hari ini masyarakat bridge Indonesia dan dunia bersedih karena tepat pukul 04.44 WIB, legenda bridge Indonesia Denny Jacob Sacul meninggal dunia di RS MRCC Semanggi Jakarta.
Denny Jacob Sacul yang lahir tanggal 17 Agustus tahun 1948 berarti ia meninggal pada usia 75 tahun. Ulang tahunnya karena bertepatan dengan HUT Proklamasi Indonesia maka setiap tahun ikut dirayakan oleh seluruh masuarakat Indonesia.
Ia berkarier di bridge sejak usia muda dan telah mendulang berbagai prestasi tingkat dunia dalam olahraga yang sangat dicintainya. Buat Denny Jacob Sacul bridge itu segala-galanya.
Ia pertama kali mewakili Indonesia pada tahun 1973 atau baru berusia 25 tahun di Guarudja pada The 19th World Team Championship dan meraih peringkat 5. Selanjutnya pada tahun 1975 pada The 21st World Team Championship Bermuda Bowl meraih peringkat 4.
Sejak saat itu Denny Jacob Sacul praktis mewakili Indonesia dalam setiap event tingkat Asia dan Dunia.
Prestasi terbaiknya ditingkat dunia adalah runner-up 10th World Team Olympiad tahun 1996 di Rhodes. Kemudian juara 3rd IOC Grand Prix tahun 2000 di Laussane, Swiss.
Runner up 11th World Championship tahun 2002 di Montreal Kanada. Kemudian tahun 2005 dan 2007 menjadi runner up The World Team Championships nomor senior di Estoril Portugal dan Sanghai China.
Tahun 2009 di Sao Paolo juga menjadi nomor tiga di The World Team Championship nomor senior.
Tahun 2010 di Philadelphia pada 13th World Series Championships juga meraih medali perunggu.
Prestasi tingkat dunia terakhir diraih tahun 2019 di Wuhan China pada 44th World Bridge Team Championship dengan meraih peringkat 4.
Berkat berbagai prestasi ini, ia meraih gelar World Life Master (WLM) di kelompok Open dan Senior International Master (SIM) dari World Bridge Federation.
Untuk Asia Pasifik Bridge Federation (APBF), Denny Jacob Sacul telah meraih gelar tertinggi Grand Master PABF karena berbagai prestasi yang diraihnya. Ia bukan hanya meraih juara team tapi juga meraih juara pasangan bermain dengan pemain dari Singapura Alm. C S Wu pada tahun 1984 di Kejuaraan APBF di Singapura. Selain Denny hanya ada Munawar Sawiruddin dan Irwan Rasyid dari Indonesia yang pernah menjuarai event ini pada tahun 1990 di Singapura. Satu lagi pemain yang menjuarai event ini adalah Bert Toar Polii pada tahun 1994 di Auckland Selandia Baru. Bert berpasangan dengan George Soo dari Philippina.
Salah satu kelebihan Denny Jacob Sacul ialah sangat menguasai “table precense” sehingga ia dengan mudah bisa bermain dengan siapa saja.
Penulis sendiri pernah berpasangan dengan almarhum dan pada tahun 2015 pada Asia Pacific Bridge Championship dan kami menjadi juara Senior Team serta menjadi runner-up open pairs.
Kalau prestasi di dalam negeri sudah sulit dihitung karena hamper semua jenis Kejuaraan Nasional sudah pernah direbutnya termasuk di Pekan Olahraga Nasional (PON). Ia pernah juara beregu putra, pasangan putra, beregu campuran dan pasangan campuran. Jadi semua nomor yang dipertandingkan di PON ia sudah pernah menjuarainya.
Penulis benar-benar merasa sedih ketika mendengar kabar duka yang penulis baca saat baru bangun tidur pagi ini. Sebab hubungan kami akhir-akhir ini begitu erat. Almarhum selalu melaporkan kondisi kesehatannya sejak ia mulai di vonis menderita Leukemia awal Oktober 2023.
Melihat kondisinya dan penulis tahu salah satu kegembiraanya adalah bermain bridge sehingga penulis ajak dia bergabung dalam tim Garuda Aceh yang ikut Liga Bridge Senior Online III. Ia kemudian membawa tim Garuda Aceh ke babak final. Tapi saying sekali ia kemudian tidak bisa ikut bermain di semifinal yang akan berlangsung tanggal 18 Desember nanti.
Namun ketabahan khas Denny dalam menghadapi penyakitnya membuat ia masih bisa ikut dua turnamen terakhir, yaitu TIO di Bandung pada tanggal 13-15 Oktober dan Tugu Muda Cup di Semarang pada tanggal 1-3 Desember 2023.
Sebenarnya ia diajak oleh Manthane Yaisawang dari Thailand untuk ikut bergabung dengan Thailand bertanding di The 6th South East Asia Bridge Federation yang sedang berlangsung di Singapura saat ini.
Namun ketika penulis memberitahu tentang hal ini, ia dengan tertawa menolaknya dan berpesan untuk membantu menjawab permintaan itu bahwa kondisinya tidak mengijinkan untuk terbang.
Tanggal 9 Desember sebelum terbang ke Singapura besoknya, penulis sempat melakukan video call dengan almarhum dan tidak terlihat bahwa kondisinya ternyata sudah agak parah. Wajahnya masih biasa saja dan senyumnya tidak pernah hilang.
Hari ini teman-teman bridge yang sedang bertanding di Singapura menyempatkan diri sebelum bertanding mengadakan acara mengheningkan cipta yang dipimpin oleh Kunying Esther Soponpanich, President Asia Pacific Bridge Federation.
Selanjutnya pada bulletin harian kejuaraan ini, besok akan dimuat obituary dari almarhum.
Ini beberapa pesan duka cita dari kawan-kawan bridge di kawasan Asia Pasific.
It is a very sad news indeed. He was my giid friends for over 30 years…
Please convey my deepest condolences to his family.
Nakatani Tadayoshi Japan Contract Bridge League
Very sad to hear of Denny’s passing. He was one of best and most popular players in the region. I first met him in the early 1980’s and always looked forward to seeing him at the various events. He will be deeply missed by the whole bridge fraternity.
Deepest condolences to his family.
David Law Malaysia Contract Bridge Association
The SEABF Championships organising committee and the Singapore Contract Bridge Association expresses our deepest condolences to Denny’s family and also to our fellow Indonesian bridge community for their loss.(*)