SAMARINDA – Sebuah bengkel kerja praktikum siswa di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Samarinda (SMKN 2 Samarinda) bangunannya sudah tidak layak untuk digunakan. Selain dapat membahayakan siswa dan guru yang berada di bawahnya, bangunan yang telah berusia lebih dari 30 tahun ini terlihat retak di beberapa bagian dindingnya.
Hal tersebut terungkap manakala pihak sekolah yang berada di Jalan AW Syahranie Samarinda, melakukan silaturahmi dan kolaborasi kemitraan terkait evaluasi kondisi workshop sekolah bersama Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Samarinda (Polnes) dan Perkumpulan Ahli Keselamatan Kerja Indonesia (PAKKI) Kaltim.
Kepala SMKN 2 Samarinda, Hj Dwisari Harumningtyas, S.pd.Bio, M.Pd menjelaskan, bengkel kerja yang rusak tersebut berada di jurusan Teknik Bisnis Konstruksi dan Properti (BKP). Ia membenarkan, jika gedungnya sudah tidak layak pakai untuk kegiatan praktek siswa. Selain terdapat retakan di dinding, atap asbes juga banyak pecah dan berlubang serta lapuknya tiang kayu kuda-kuda penyangga bagian atap.
“Usia bangunan workshop ini memang sudah tua. Usianya sudah lebih dari 30 tahun. Sehingga memang sudah harus dibongkar dan dibangun kembali. Apalagi bangunan ini juga mendapat tekanan berat dari pembangunan di sekitarnya,” jelasnya pada Rabu (13/4/2020).
Masalah, selain memang berdiri di atas tanah rawa, beberapa gedung sekolah berdekatan dengan jalan layang atau fly over Jalan Wahab Syahranie-Jalan Juanda. Saat pembangunan jalan layang, menyebabkan banyak gedung mengalami keretakan akibat tidak kuat menerima getaran dan beban dari tiang pancang jembatan yang jumlahnya ratusan.
“Ditambah lagi tanah tempat berdirinya sekolah ini dulunya merupakan rawa-rawa yang ditimbun. Sehingga setiap ada pembangunan di sekitarnya, akan berdampak pada getaran di bangunan sekolah. Belum lagi jika hujan lebat turun, maka dapat dipastikan sebagian besar halaman akan terendam,” jelas Dwi didampingi Wakil Kepala Sarana dan Prasarana, Anto.
Sementara itu, Kepala Bidang Pembina Sekolah Menengah Kejuruan, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kaltim, Dra. Herdiana Mulyadi, M.Si mengatakan, terkejut mendengar laporan bahwa salah satu workshop di SMKN 2 bangunannya sudah rusak dan tidak aman untuk digunakan praktik siswa.
Herdiana juga menceritakan bahwa kondisi sekolah rusak bukan saja terjadi di SMKN 2 Samarinda saja melainkan juga terjadi di beberapa kabupaten. Dicontohkannya, yang terjadi di Penajam Paser Utara dan Grogot yang tertimpa longsor tanah yang menggeser dan menimpa bangunan sekolah.
“Kemarin saya ke PPU dan Grogot juga ada sekolah yang tanah disekitarnya longsor dan menarik bangunan dan menghancurkan kelas-kelas yang ada di bawahnya. Ini miris sekali,” ucapnya.
Diakuinya, kewenangan sekolah kejuruan menjadi tanggung jawab provinsi. Dirinya akan mengusulkan agar ada anggaran pembangunan workshop baru bagi SMKN 2 Samarinda, karena kondisinya memang sudah mengkhawatirkan untuk proses praktik siswa.
“Ketika kita berbicara prioritas, maka ada yang lebih prioritas yaitu jika bangunan yang ditempati saat belajar sudah mengancam jiwa siswa, maupun guru yang mengajar. Bahwa keselamatan guru dan siswa adalah yang utama,” tegas Herdiana.(yan)