Dapur dan chef Blue Sky Hotel (BSH) Balikpapan punya prestasi yang membanggakan. Sebab, selalu dipercaya menjadi pemasak makanan utama yang disajikan kepada Presiden Jokowi selama berada di Ibu Kota Nusantara (IKN). Termasuk saat Jokowi camping pekan lalu selama 3 hari 2 malam (21-23 September).
“Alhamdulillah, kami diberikan kepercayaan meng-handle catering untuk RI 1 dan RI 2. Ini suatu kehormatan besar yang harus kami jaga,” kata General Manager BSH Danur Efendi.
Tepat di akhir kunjungan Jokowi di IKN, Sabtu (23/9) kemarin, BSH juga lagi merayakan hari jadinya ke-50 (fifty years jubilee) dengan mengusung tagline atau slogan: “50 Years The Magic of Blue Sky Hotel.” Siapa yang mengira BSH mampu mengukir sejarah yang panjang. Menjadi sihir yang ikut memajukan perekonomian daerah dan perintis dunia perhotelan di Kaltim terutama di Balikpapan.
Acara perayaaan HUT emas BSH digelar Sabtu malam di Ballroom BSH. Ditandai pemotongan nasi tumpeng raksasa yang dibawa 4 karyawan BSH mengenakan baju adat Dayak dan tos kebersamaan yang dilakukan CEO dan anggota direksi bersama undangan.
Saya datang bersama sahabat saya Zaenal, yang akrab dipanggil Om Zen. Ketemu juga dengan pengusaha senior Sabri Ramdhani dan istri. Undangan penuh sesak. Mulai Forkompida, Kepala Dispora Ratih Kusuma yang mewakili Wali Kota sampai berbagai relasi perusahaan.
Ucapan selamat melalui tayangan video juga disampaikan oleh berbagai pejabat. Mulai Gubernur Kaltim Isran Noor, Wagub Hadi Mulyadi, Pangdam VI/Mulawarman Mayjen TNI Tri Budi Utomo, Kapolda Kaltim Irjen Pol Drs Imam Sugianto, Kajati Kaltim Hari Setiyono, SH, MH sampai pejabat Kilang Pertamina. “Selamat ulang tahun emas Blue Sky Hotel, maju dan sukses terus,” kata Gubernur.
BSH punya keterkaitan dengan Pemprov Kaltim. Sebab, aset bangunan milik pemerintah provinsi di kawasan Raden Saleh, Jakarta Pusat dikerjasamakan dengan BSH menjadi Hotel Blue Sky Pandurata. Jadi di Jakarta, BSH punya dua hotel. Selain Pandurata, juga ada Blue Sky Petamburan.
“Kita lagi mempersiapkan hotel baru di Surabaya, karena orang-orang Kaltim juga banyak tinggal dan bisnis di sana. Apa salahnya Blue Sky juga ada di ibu kota Provinsi Jawa Timur,” kata Danur bersemangat.
Saya sempat bertemu sang owner, Linan Kurniahu yang juga bertindak sebagai CEO. Wajahnya cerah memberi indikasi perkembangan BSH dengan usaha grup lainnya berkembang. “Ya kami bersyukur bisa melewati pandemi Covid-19 yang sangat memukul semua usaha. Sekarang ekonomi kita sudah normal kembali, perhotelan juga kembali berkembang,” jelasnya.
Linan juga bersyukur perekonomian Kaltim terus berkembang terutama didukung dengan kegiatan usaha perminyakan, pertambangan dan perkebunan kelapa sawit. Kebetulan juga di Balikpapan tengah berlangsung pembangunan perluasan kilang Pertamina (RDMP). Ditambah lagi anugerah Tuhan dengan ditetapkannya lokasi IKN di Penajam Paser Utara (PPU), membuat bisnis perhotelan dan restoran atau makanan jadi ikut melonjak.
Itu sebabnya di bawah bendera PT Bumi Liputan Jaya, Blue Sky mengembangkan usahanya tidak saja di bidang perhotelan, tetapi juga di bisnis makanan atau kuliner dengan berbagai variasi.
BSH punya lounge cukup banyak di berbagai bandara utama, seperti di Sepinggan Balikpapan, Soekarno-Hatta, Surabaya, Medan, Bandung, Pekan Baru, Batam, Pontianak, Samarinda dan Palembang.
Juga ada De Café yang disukai kaum milenial. Restoran Jepang Ita Suki di Senayan City, Central Park, Cilandak Town Square, Setiabudi One, Kota Kasablanka dan Alam Sutera. “Kami terus berupaya mengembangkan diri dan melebarkan usaha,” kata Linan.
DARI HOTEL KAYU
Di depan undangan, GM Danur Efendi membeberkan perjalanan yang panjang dari BSH, yang didirikan 23 September 1973. Hotel ini dibangun oleh Linan Eko Putro, yang akrab dipanggil Om Soen. Dia adalah ayahanda Linan Kurniahu, yang sudah meninggal.
Hotelnya sangat sederhana. Dibuat dengan bahan kayu berlantai 3 dengan jumlah kamar hanya 30-an saja. Fasilitasnya juga terbatas. Hanya ada restoran dan tempat hiburan. Tapi berkat kegigihan Om Soen, hotel tersebut berkembang menjadi hotel modern yang sangat dibanggakan di Balikpapan.
Ketika dia mengajak sejumlah orang ikut bergabung di BSH, Om Soen mengajukan tiga syarat yang harus dipatuhi. Yaitu jujur, hemat, dan giat. Dia minta seluruh karyawan harus jujur karena bisnis perhotelan berkaitan dengan pelayanan orang. Hemat, agar pengeluaran perusahaan tidak melebihi pendapatan. Giat, agar perusahaan bisa berkembang dan mampu bersaing.
Setelah 15 tahun dikelola, tepatnya pada tahun 1988, Om Soen memercayakan pengelolaan BSH kepada Linan Kurniahu, putra ketiga dari 4 bersaudara. Meskipun begitu saudara yang lain tetap terlibat dan memberikan dukungan penuh.
Dengan tangan dingin Linan membuat BSH makin berkembang. Berbagai upaya pengembangan dan renovasi terus dilakukan. Pada 25 Agustus 1996, Gubernur Kaltim HM Ardans SH sempat meresmikan hasil renovasi, yang mengangkat BSH mendapatkan sertifikasi hotel berbintang 3. Delapan tahun kemudian, BSH naik kelas lagi. Dengan 122 kamar tidur plus berbagai fasilitas lainnya, BSH akhirnya mampu menyandang status hotel berbintang 4.
Saat saya menjadi wakil wali kota dan wali kota periode pertama, saya masih sempat bertemu Om Soen. Orangnya baik dan ramah. Salah satu ciri khasnya suka mengenakan cowboy hat atau topi koboi.
BSH pernah meraih penghargaan “The Best Hotel & Excellent Services of The Year” dari Indonesia Business & Corporate Award 2021. Itu artinya hotel ini memang mampu memberikan pelayanan terbaik bagi tamu-tamunya.
Salah satu keunggulan BSH adalah cita rasa makanannya. Apalagi dengan produk legendanya, roti mantau. Juga live music-nya. Saya selalu teringat dengan penampilan grup akustik Lastarsardo. Ketika saya mau pulang kemarin, ada suara berat menyapa saya di lobi. Ternyata dia Bang Turedo, vokalis utama Lastarsardo yang selalu ingat saya. “Saya cari Bapak tadi, salam untuk Ibu dan cucu,” katanya bersemangat. Terima kasih Blue Sky. Selalu baik untuk kita semua.(*)