SAMARINDA – SEBAGAI langit mulai memerah, sebuah panggung yang megah di Taman Salma Shofa Samarinda menjadi saksi dari kejayaan yang diraih oleh Tirtonegoro Foundation. Di bawah cahaya bintang-bintang, panggung tersebut menjadi arena bagi pertunjukan luar biasa yang diberi judul “Ternyata Pernyata”, sebuah bentuk representasi seniman terhadap karya monumental Syafrudin Pernyata.
Seperti halaman-halaman kisah epik, pagelaran ini menampilkan sebuah kolaborasi seni yang tak terlupakan. Langkah tari kontemporer yang megah karya Susilo Dwi Cahyo mewakili perjalanan emosional dalam karya Pernyata. Dedikasi suara dalam irama dari Dedi Nala Arung x Boyonesia dan Putri Bulan x Tirtanegara Melody memberikan dimensi baru pada pengalaman musik.
Di tengah malam yang sarat dengan nostalgia, Monolog kisah dari novel Pernyata, dipersembahkan oleh M. Akmal Rizkoni, mengalir dalam irama kesederhanaan dan kebijaksanaan. Lalu, terdengarlah suara merdu dalam bentuk puisi dari Bhuyung Ardiansyah dan Rahmad Azazi Rhomantoro, yang menghipnotis penonton dan membawa mereka dalam perjalanan melalui kata-kata.
Terdengar gemuruh hati yang bergetar dalam setiap kata, ketika Wakil Gubernur Kalimantan Timur, Hadi Mulyadi, mengangkat suaranya untuk membacakan puisi yang sederhana namun sarat makna, “Mama”.
Tetesan air mata yang menjelma dari sudut matanya seperti berlian yang merasuk ke dalam kalbu setiap penonton, menghiasi panggung dan menyatu dengan semarak pentas ‘Ternyata Pernyata’. Seperti aliran sungai yang tak tertahankan, kata-kata puisi itu mengalir dari bibirnya dengan penuh cinta dan pengabdian.
Hadi Mulyadi tak hanya membacakan puisi, namun ia menyatukan jiwa dan rasa dalam setiap bait yang terucap. Seperti dirinya sendiri yang menjadi lukisan, ia membawa penonton masuk dalam kisah kehidupannya yang penuh warna dan makna. Air mata yang beranjak dari matanya adalah persembahan terdalam, suara hati yang tak bisa ditahan lagi. Dalam senyap dan alunan puisi, dirinya merangkai kembali kenangan akan seorang Ibu yang tak hanya memberikan cinta, tetapi juga mendidik dengan tekun.
“Ibu sangat berarti bagi saya. Beliau tidak lulus SD, tetapi beliau lah yang memotivasi kami, anak-anaknya, untuk menjadi sarjana. Beliau pula yang mengajarkan matematika saat kami SD, hingga akhirnya saya meraih juara dalam lomba matematika dari SD hingga perguruan tinggi. Mama adalah titik tolak dalam hidup saya,” ungkap Hadi Mulyadi dengan suara yang tergetar haru.
Rahmad Azazi Rhomantoro, CEO Tirtonegoro Foundation, dengan penuh penghargaan mengatakan, “Pak Syafrudin adalah sosok yang tiada tara dalam seni dan budaya di Kaltim. Sebagai pembina Tirto, kami merasa terhormat untuk bisa mengapresiasi karya-karyanya. Adalah tugas kami sebagai seniman muda untuk terus mengembangkan dan menghargai warisan seni beliau.”
Seperti babak akhir dari sebuah drama, acara berlangsung pada tanggal 27 September 2023, pukul 19.30 – 22.30, merayakan peringatan 65 tahun Syafrudin Pernyata. Di bawah bintang-bintang yang bersinar, Tirtonegoro Foundation telah mengukir sebuah malam yang akan dikenang selamanya.(*)