SAMARINDA – Penjabat Gubernur Kalimantan Timur Akmal Malik meminta Pertamina agar mengkaji ulang kebijakan pemberian jatah (kuota) atau jumlah yang ditentukan untuk bahan bakar minyak (BBM) di Kalimantan Timur.
Hal itu ditegaskan Pj Gubernur Akmal Malik usai menghadiri Rapat Paripurna ke-43 DPRD Provinsi Kalimantan Timur di Gedung Utama Kantor DPRD Provinsi Kaltim Karang Paci Samarinda, Senin 27 November 2023.
“Saya meminta Pertamina jangan membuat kebijakan yang sama,” kata Akmal Malik, sekaligus menjawab anggota DPRD Kaltim menanyakan terkait upaya Pemerintah Provinsi Kaltim mengatasi antrian BBM di SPBU-SPBU di daerah selama ini.
One fix policy for all menurut Akmal, yang diberlakukan pihak Pertamina kurang tepat. Sebab lanjutnya, Kalimantan Timur tidak sama dengan daerah lain di Indonesia. “Kaltim tidak sama dengan Jawa, tidak sama dengan Sumatera,” sebutnya.
Bahkan Kaltim dengan sesama provinsi di Kalimantan pun tidak sama, apakah itu Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah maupun Kalimantan Utara. “Maka harus ada kebijakan asimetris juga terkait distribusi minyak (BBM) di Kalimantan Timur,” tegasnya.
Merespon usulan Penjabat Gubernur Kalimantan Timur Akmal Malik, Area Manager Comm, Relations & CSR Kalimantan · PT Pertamina Patra Niaga Arya Yusa Dwicandra mengatakan bahwa hingga saat ini pihaknya telah berupaya untuk mengoptimalkan penyaluran BBM khususnya dari wilayah Kalimantan Timur terkhusus lagi di Samarinda.
Arya Yusa Dwicandra menyatakan, di Samarinda ada sekitar 34 SPBU. Di antaranya 29 SPBU reguler dan juga 5 non SPBU reguler yang setiap harinya menyalurkan BBM ke masyarakat. Setiap hari, pihaknya telah menyalurkan BBM Pertalite ke Samarinda itu sebanyak kurang lebih 400 kiloliter per hari.
“Saat ini masih banyak antrian disetiap SPBU karena beberapa waktu terakhir telah terjadi penyesuaian harga dimana Pertamax mempunyai disparitas harga cukup tinggi dengan Pertalite jadi disparitas harganya sampai 4000 rupiah sehingga banyak konsumen yang mengisi non subsidi pindah ke subsidi,” ujar Arya Yusa Dwicandra, Selasa (28/11/2023).
Saat ini, konsumsi Pertalite lebih meningkat dari tahun sebelumnya. Kenaikan yang terjadi sekitar 5-10 persen.
Menurut Arya, antrean ini tidak terlihat di awal tahun ketika harga Pertamax Rp12.000 dan Pertalite Rp10.000. Disparitas harga antara pertalite dengan pertamax saat ini mencapai Rp4.000,-.
“Hal ini, kan tidak terlihat ketika di awal tahun saat Pertamax harga Rp12.000 dan Pertalite Rp10.000. Ini antrean sama-sama panjang karena banyak masyarakat membeli Pertamax tapi karena harganya tinggi itu menjadi banyak yang berpindah ke Pertalite,”ujarnya.
Arya Yusa Dwicandra berharap buat para konsumen yang sudah menggunakan Pertamax tetap di Pertamax. Konsumen Pertalite ini adalah mereka yang memang seharusnya berhak menggunakan Pertalite sesuai strata ekonominya.(hd)