DISKUSI soal kemungkinan orang Kaltim masuk Kabinet Prabowo-Gibran mulai mencuat. Maklum sampai saat ini boleh dibilang belum pernah putra Kaltim menjadi menteri. Karena itu sudah lama dirindu-rindukan. Bukankah Kaltim punya posisi strategis? Kaya dengan sumber alam dan penyumbang devisa terbesar.
Apalagi dengan ditetapkannya Kaltim sebagai lokasi Ibu Kota Nusantara (IKN). Ini menjadi momen tepat bahwa Prabowo harus menyediakan satu kursi untuk Kaltim. Apakah menjadi menteri atau setidak-tidaknya wakil menteri.
Dalam diskusi di WA Group beberapa hari lalu, mantan wali Kota Bontang Dr Sofyan Hasdam berharap kali ini ada putra Kaltim yang terpilih menjadi menteri. Dia meminta Prabowo-Gibran ikhlas memberi jatah untuk daerah ini, Bumi Etam.
Ladang usaha Prabowo sebagian berada di Kaltim. Dia sempat mengambil alih pabrik bubur kertas PT Kiani Kertas di Berau milik Bob Hasan. Prabowo juga punya lahan cukup luas ratusan ribu hektare, yang kebetulan berdampingan dengan kawasan IKN.
“Saya berharap Pak Isran menjadi menteri (Menko). Dulu Pak Ardans diisukan mau jadi menteri kehutanan ternyata batal. Kemudian AFI (Awang Faroek Ishak) juga tidak jadi. Kali ini momennya Pak Isran,” kata Sofyan, yang terpilih dalam Pileg 2024 sebagai anggota DPD RI.
Sebenarnya ada tokoh nasional kelahiran Kaltim yang pernah menjadi menteri. Bahkan sempat juga menjadi calon wakil presiden di Pemilu 2004 mendampingi Amien Rais. Dia adalah Siswono Yudo Husodo, yang dilahirkan di Long Iram, Kutai Barat, 81 tahun silam.
Siswono pernah menjabat sebagai Menteri Negara Perumahan Rakyat pada Kabinet Pembangunan V (1988-1993) dan Menteri Transmigrasi pada Kabinet Pembangunan VI (1993-1998). Itu masih zaman pemerintahan Presiden Soeharto.
Siswono menjadi salah satu tokoh penting dari Partai Golkar (1983-2014), kemudian pindah ke Partai Nasdem 2015-2022 sebagai ketua Dewan Pertimbangan.
Dia lahir di pedalaman Mahakam ketika ayahnya, dr Soewondo, lagi bertugas di sana. Belakangan Soewondo menjadi wakil gubernur Jakarta di tahun 1964 di era Gubernur Ali Sadikin.
Sementara Isran memang berpeluang besar jadi menteri. Dia yang membuka jalan dan berjasa sampai Presiden Jokowi menetapkan Kecamatan Sepaku, Penajam Paser Utara (PPU) sebagai lokasi IKN. Dia juga pembela keras soal eksistensi IKN. “Pendek umurnya kalau ada yang menolak IKN,” itu kata-katanya yang viral.
Banyak pos menteri yang cocok buat Isran. Dia sangat mungkin jadi Mendagri karena pernah menjadi ketua Bupati dan Gubernur se-Indonesia (APKASI/APPSI). Jadi sangat berpengalaman. Bahkan ketika menjadi ketua umum APKASI, Isran sempat didorong menjadi calon presiden.
Isran bisa juga jadi menteri pertanian karena disiplin ilmunya adalah pertanian. Dia lulusan Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman (Unmul) Samarinda. Jadi menteri kehutanan apalagi. Karena dia menjadi gubernur yang hutan tropisnya paling luas. Dan Isran sukses menjadikan Kaltim daerah pertama di Indonesia yang menerima pembayaran karbon karena berhasil menjaga hutannya untuk mitigasi iklim.
Tapi dalam suatu penjelasan belum lama ini, Isran mengaku lebih memilih jadi gubernur untuk kedua kalinya. Dia ingin menuntaskan misinya menjadikan Kaltim benar-benar berdaulat. Itu sebabnya para pendukungnya mengibarkan bendara “Kaltim Berdaulat 2” pada Pilgub 2024.
Putra kelahiran Sangkulirang, Kutai Timur ini mengaku sudah bertemu Prabowo. Dalam Pilpres kemarin, Isran memang mendukung pasangan No 02. Dan Prabowo-Gibran menang telak di Kaltim. Prabowo memang membuka peluang jika Isran berkenan masuk ke Kabinet, tapi dia lebih suka sebagai gubernur.
CALON YANG LAIN
Jika Isran tetap memilih bertarung di Pilgub nanti, lalu siapa yang layak kita endorse menjadi calon menteri dari Kaltim? Mudah-mudahan jatah menteri untuk Kaltim tidak dialihkan ke daerah lain di Kalimantan. Itu pernah terjadi ketika Prof Gusti Muhammad Hatta dari Kalsel diangkat menjadi Menteri Lingkungan Hidup.
Saya mencatat beberapa nama yang bisa diusung pada saat ini. Di antaranya Rektor Unmul Prof Abdunnur. Dia kelahiran Bulungan, yang pernah menjadi Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unmul. Abdunnur adalah putra ulama terkenal di Samarinda, KH Sabranity. Kapasitasnya sangat mumpuni. Apalagi dia memimpin universitas terbesar di Kalimantan dengan 30 ribu lebih mahasiswa.
Ada juga Rektor Universitas Mulia Balikpapan, Prof Muhammad Ahsin. Dia orang Banjar kelahiran Kotabaru, Kalsel. Dia guru besar Universitas Lambung Mangkurat (Unlam) Banjarmasin, yang punya keahlian sama dengan Abdunnur di bidang perikanan dan kelautan.
Tak salah juga kalau kita melirik Dr Myrna Asnawati Safitri, yang sekarang adalah deputi Bidang Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam Otorita IKN. Wanita kelahiran Samarinda berusia 54 tahun ini adalah putri tokoh pers dan politik HM Fuad Arieph. Dia ahli hukum lingkungan, alumnus Universitas Leiden, Belanda.
Ada lagi dua pejabat penting kelahiran Kaltim yang barkarier di pusat. Yaitu Prof Kamaruddin Amin, yang sekarang memangku jabatan dirjen Bimbingan Masyarakat (Bimas) Islam di Kementerian Agama dan Prof KH Yudian Wahyudi, kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP).
Kamaruddin (54) lahir di Bontang. Studinya dan pengalamannya cukup lengkap. Pernah mondok di Pesantren As’adiyah Sengkang dan S1 di Universitas Islam Nasional (UIN) Alaudin Makassar. Lalu S2 dan S3-nya di Belanda dan Jerman. Juga riset Ph.D di Al-Azhar University Mesir.
Dia salah satu ahli tafsir terbaik di Tanah Air. Sebelum menjadi dirjen, dia wakil rektor UIN Makassar, ketua umum LPTQ, sekretaris Dewan Pengarah Masjid Istiqlal dan wakil ketua Komisi Pendidikan MUI.
Sedang Yudian (63) adalah putra kelahiran Balikpapan. Ayahnya seorang tentara di zaman revolusi yang bertugas di Kota Beriman. Dia memecahkan rekor sebagai dosen pertama Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAIN) yang berhasil menembus Harvard Law School, Amerika Serikat. Ia berhasil menjadi profesor dan tergabung dalam American Association of University Professors periode 2005-2006. Dan juga pernah menjadi Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Yogyakarta.
Kalau Prabowo tidak juga melirik nama-nama di atas, ada yang bilang sodorkan saja nama Budisatrio Djiwandono. Pasti peluangnya lebih besar. Soalnya dia adalah keponakan Prabowo sendiri. Budi memang bukan orang Kaltim karena dilahirkan di Jakarta, 43 tahun silam. Ayahnya Sudrajad Djiwandono, mantan gubernur BI.
Budi “dianggap” orang daerah, karena saat ini menjadi anggota DPR RI dari dapil Kaltim dan terpilih kembali pada Pileg 2024. Dia menjalani pendidikan di Clark University, Amerika Serikat. Jabatan lainnya, menjadi anggota Dewan Pembina DPP Partai Gerindra dan ketua umum DPP Pemuda Tani Indonesia. Walaupun jarang turun ke daerah ini, buktinya warga Kaltim tetap memilih dia. Jadi ya sekalian jadi menteri dari Kaltim. Asal selalu ingat dengan Kaltim dan tidak melupakan bubuhan etam.(*)