SAMARINDA – Tirtonegoro Foundation, sebuah yayasan di Kalimantan Timur yang berfokus pada pendidikan, seni, dan budaya, menyelenggarakan program Simulation Best Leader World Class Diplomation. Acara ini diadakan di Ruang Rapat Disporapar Samarinda, Selasa (19/12/2023) dan dihadiri oleh 50 peserta dari berbagai kabupaten dan kota di Provinsi Kalimantan Timur.
Tujuan utama dari program ini adalah mempersiapkan pemimpin terbaik Nusantara melalui partisipasi aktif pemuda dan referensi global antar negara. Program ini didukung oleh berbagai pemuda inovatif dari seluruh Kabupaten/kota di Kalimantan Timur untuk memberikan wawasan dan keterampilan kepemimpinan kepada para peserta.
Simulation Best Leader World Class Diplomation ini adalah langkah bersama untuk mencetak pemimpin masa depan yang tidak hanya berkompeten tetapi juga memiliki pemahaman mendalam akan diplomasi dan kepemimpinan global.
Kegiatan dimulai pada pukul 08.00 dengan dentingan alat musik sape, alat musik khas Kalimantan Timur, yang dimainkan dengan apik oleh Caesar Adzkiya, perwakilan pemuda inovatif dari Tirtonegoro Foundation.
Rahmad Azazi Rhomantoro, CEO Tirtonegoro Foundation, memberikan apresiasi tinggi terhadap semangat peserta. Disebutkan pemuda adalah kekuatan utama dalam mencapai perubahan positif. Dengan acara ini, kami berharap dapat memberikan bekal dan inspirasi kepada mereka untuk menjadi pemimpin terbaik di berbagai bidang.
Dalam konteks global, perbandingan pola pendidikan antara Malaysia, Indonesia, Jepang, Korea Selatan, dan Finlandia memberikan gambaran yang menarik. Malaysia dan Indonesia memiliki sistem pendidikan yang mengalami evolusi yang signifikan, dengan fokus pada peningkatan kualitas dan relevansi kurikulum.
Sedangkan Jepang dan Korea Selatan dikenal dengan pendidikan yang sangat kompetitif, dengan penekanan pada ujian masuk perguruan tinggi yang ketat. Finlandia, di sisi lain, terkenal dengan pendekatan pendidikannya yang unik, menekankan pada pembelajaran berbasis proyek, kurikulum yang lebih fleksibel, dan beban tugas yang lebih ringan.
“Kesimpulannya, masing-masing negara memiliki keunikan dan tantangan tersendiri dalam pengembangan sistem pendidikan mereka, dan adopsi aspek-aspek positif dari berbagai model pendidikan dapat menjadi sumber inspirasi untuk meningkatkan pendidikan di berbagai belahan dunia. Pendidikan yang berorientasi pada inovasi, keberagaman, dan pengembangan keterampilan holistik tampaknya menjadi kunci untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang merangsang dan inklusif di masa depan,” ujarnya.
Sementara itu, Jaka – perwakilan dari Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata (Disporapar) Samarinda, yang menyampaikan dukungan penuh atas kegiatan yang diinisiasi oleh Tirtonegoro Foundation.
“Kami mengapresiasi upaya Tirtonegoro Foundation dalam menggerakkan pemuda untuk berperan aktif dalam diplomasi. Semoga acara ini dapat menciptakan pemimpin muda yang berkualitas dan berkompeten untuk Nusantara,” ucapnya.
Tirtonegoro Foundation berkomitmen untuk terus mendukung pembangunan potensi pemuda Indonesia melalui program-program inovatif dan berdampak positif. Program Simulation Best Leader World Class Diplomation merupakan kali kedua dan menjadi salah satu langkah konkrit dalam mewujudkan visi Tirtonegoro Foundation dalam mebangun Pendidikan yang merata.(*)