Samarinda, Kota Peradaban dengan jumlah penduduk 856. 360 jiwa, walau saya yakin lebih dari satu juta orang, mulai benar benar berubah. Banyak rakyatnya mulai mengakui dan merasakan intensitas hujan tidak linier dengan banjir bahkan kemacetan tidak seperti tahun tahun yang lalu, lah.
Sebagai provinsi terdekat dengan ibukota Nusantara, Samarinda terus membangun. Samarinda bahkan kelak jadi kota unggulan bahkan mungkin meninggalkan Kota Balikpapan yang disebut sebut sebagai pintu gerbang Kalimantan Timur.
Samarinda akan memiliki ciri khas baru, landmark, Teras Samarinda. Teras Samarinda ini entah kapan akan dibuka untuk umum, bahkan penyelesaiannya pun tergolong rumit. Pastilah warga Samarinda ingin segera menikmati uang pajaknya.
Saya dan mungkin warga Samarinda yang lain. Ups saya bukan warga Samarinda, membayangkan keindahan etras kotanya yang menjuntai ke sungai yang bisa dijadikan tempat atau panggung menyaksikan drama ekstraksi batubara yang lalu Lalang siang malam.
Tapi di benak saya justru ingin menyaksikan Tipe-X, grup band beraliran Ska yang pernah meraih juara band Favorit di Festival Musik Alternatif di Menteng pada tahun 1995 lalu di Teras Samarinda dan saya menyaksikannya dari sungai, dari atas perahu klotok.
Sudah barang tentu klotoknya di desain khusus dengan piranti keamanan dan keselamatan yang memenuhi syarat.Tapi soal teknis dan cara pengaturan tribun terapung itu saya juga tidak paham. Apakah diperbolehkan sebagai atraksi wisata yang berbeda dan mungkin langka dan bisa dicatat di Muri.
Tahun lalu, Bupati Klaten di bulan Agustus, tapi tanggalnya saya lupa, Sri Mulyani membuka secara resmi Festival Musik Terapung dan Perahu Rakit di Rowo Jombor, Klaten, Jawa Tengah.
Sri Mulyani dengan seluruh anggota Forkopimda setempat menyaksikan belasan perahu hias bergerak ke tengah Rowo Jombor untuk membentuk formasi 219 usia Kabupaten Klaten.
Persoalan lain yang akan muncul ketika Teras Samarinda benar benar ada yang berani menggelar music dan pasti daerah lain di Kalimantan Timur akan memenuhi kawasan tepian sungai itu dan parkir akan menjadi masalah baru.
Dalam diskusi terbuka di WAG Forum Kota Samarinda ternyata persoalan parkir terjawab dengan mudah. Masih banyak lahan tepian sungai hingga ke arah Jembatan Mahakam yang dapat dijadikan lokasi parkir susun dan mampu menampung hingga seribuan kendaraan. (*)